Senin, 15 Mei 2017

MINDSET


Di sebuah perusahaan sepatu ada seorang bos yang ingin meluaskan pasar penjualan produknya, untuk mewujudkan niatnya tersebut dipanggilah 2 orang karyawan, yaitu Si A dan Si B.

Si Bos
“Kalian berdua saya panggil ke kantor saya karena kalian akan saya beri tugas untuk memasarkan sepatu dari perusahaan kita.”

“A kamu bertugas di wilayah yang penduduknya sudah mengenal sepatu.”

“B kamu bertugas di wilayah yang penduduknya belum mengenal sepatu.”

Si A
“Baik bos”

Si B
“Oke bos”

Keduanya diberikan 10 pasang sepatu dengan tipe yang sama dan keduanya diberikan waktu yang sama yaitu selama 1 minggu untuk memasarkan sepatu-sepatu tersebut, dan setelah satu minggu mereka berdua harus melapor kembali kepada Si Bos bagaimana hasil dari penjualan masing-masing.

Dan mereka pun berangkat ke daerah yang sudah ditentukan.
Mereka pun memasarkan produknya masing-masing.

Dan setelah 1 minggu berlalu mereka melaporkan hasil penjualan mereka.

Si Bos
“Sudah 1 minggu semenjak saya memberikan kalian tugas untuk memasarkan sepatu, bagaimana hasilnya?”

“Di mulai dari kamu A, bagaimana hasil penjualan kamu?”

Si A
“Alhamdulillah ya, sesuatu banget… penjualan sepatu saya laris manis, bahkan banyak yang mau pesan lagi karena penduduk di tempat berjualan saya sudah familiar dengan sepatu, maka itu cukup mudah untuk menawarkan sepatu kepada mereka.”

Si Bos
“hebat, hebat”

“Lalu bagaimana dengan kamu B, bagaimana dengan hasil penjualan kamu?”

Si B
“Hmm… boro-boro mau laris bos, tidak ada satupun sepatu yang terjual karena di tempat berjualan saya masyarakatnya masih primitif, belum familiar dengan sepatu, maka itu saya sulit menawarkan sepatu kepada mereka.”

“Ini tidak fair bos, Si A diberikan lokasi yang enak, sedangkan saya diberikan lokasi yang tidak enak.”

Si Bos
“Baiklah… supaya fair saya akan men-switch alias menukar tempat berjualan kalian.”

“B sekarang kamu bertugas di wilayah yang penduduknya sudah mengenal sepatu.”

“A sekarang kamu bertugas di wilayah yang penduduknya belum mengenal sepatu.”

“Kalian berdua akan kembali diberikan produk yang sama dan waktu yang sama yaitu selama 1 minggu, setelah 1 minggu kalian harus memberikan laporan kepada saya.”

Si A
“Baik bos”

Si B
“Oke bos”

Setelah satu minggu berlalu, keduanya datang ke ruangan Si Bos untuk memberikan laporan.

Si Bos
“Oke, saya ingin mendengar laporan penjualan dari kalian berdua, dimulai dari kamu A.”

Si A
“Wow, luar biasa bos… semua sepatu terjual! bahkan terjual lebih cepat dari tempat berjualan saya yang pertama, lebih dari itu bos, di tempat saya yang baru lebih banyak penduduk yang mau memesan lagi karena penduduk di tempat saya berjualan masih primitif dan belum familiar dengan sepatu, maka itu sepatu dianggap barang baru bagi mereka sehingga banyak penduduk yang ingin memakainya.”

Si Bos
“Luar biasa, hebat, hebat.”

“Lalu bagaimana dengan kamu B, bagaimana dengan hasil penjualan kamu?”

Si B
“Hmmm…. hanya terjual 2 pasang sepatu bos, itu juga susah banget… karena di tempat berjualan saya penduduknya sudah familiar dengan sepatu, maka itu sepatu bukan lagi barang baru bagi mereka sehingga hanya terjual sedikit sepatu…”

Si Bos
“Hmmmmm……”

Apa yang kita bisa pelajari di kisah tersebut?

Jawabannya adalah “Susah atau Mudah Tergantung Pada Pola Pikir Kita”

Kalau cara kerja kita benar dan berpikir positif maka hasilnya Insya Allah akan positif.

Berpikirlah positiflah…! Lihat segala sesuatu dari sisi baiknya.

Minggu, 03 Juli 2016

shodaqotun jariyah



DULU, di Madinah, tidak terlalu jauh dari masjid Nabawi, ada sebuah properti sebidang tanah dengan sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Sumur itu dikenal dengan nama :Sumur Ruma (The Well of Ruma) karena dimiliki seorang Yahudi bernama Ruma.

Sang Yahudi menjual air kepada penduduk Madinah, dan setiap hari orang antri untuk membeli airnya. Di waktu waktu tertentu sang Yahudi menaikkan seenaknya harga airnya, dan rakyat Medinahpun terpaksa harus tetap membelinya. karena hanya sumur inilah yang tidak pernah kering.

Melihat kenyataan ini, Rasulullah berkata, "kalau ada yang bisa membeli sumur ini, balasannya adalah Surga". Seorang sahabat nabi bernama Usman bin Affan mendekati sang Yahudi. Usman menawarkan untuk membeli sumurnya. Tentu saja Ruma sang Yahudi menolak. Ini adalah bisnisnya, dan ia mendapat banyak uang dari bisnisnya.

Tetapi Usman bukan hanya pebisnis sukses yang kaya raya, tetapi ia juga negosiator ulung. Ia bilang kepada Ruma, "aku akan membeli setengah dari sumur mu dengan harga yang pantas, jadi kita bergantian menjual air, hari ini kamu, besok saya" Melalui negosiasi yang sangat ketat, akhirnya sang Yahudi mau menjual sumurnya senilai 1 juta Dirham dan memberikan hak pemasaran 50% kepada Usman bin Affan.

Apa yang terjadi setelahnya membuat sang Yahudi merasa keki. Ternyata Usman menggratiskan air tersebut kepada semua penduduk Madinah. Pendudukpun mengambil air sepuas puasnya sehingga hari kesokannya mereka tidak perlu lagi membeli air dari Ruma sang Yahudi. Merasa kalah, sang Yahudi akhirnya menyerah, ia meminta sang Usman untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya. Tentu saja Usman harus membayar lagi seharga yang telah disepakati sebelumnya.

Hari ini, sumur tersebut dikenal dengan nama Sumur Usman, atau The Well of Usman. Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang diberi air dari sumur Usman. Kebun kurma tersebut dikelola oleh badan wakaf pemerintah Saudi sampai hari ini. Kurmanya dieksport ke berbagai negara di dunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu, dan pendidikan. Sebagian dikembangkan menjadi hotel dan proyek proyek lainnya, sebagian lagi dimasukkan kembali kepada sebuah rekening tertua di dunia atas nama Usman bin Affan. Hasil kelolaan kebun kurma dan grupnya yang di saat ini menghasilkan 50 juta Riyal pertahun (atau setara 200 Milyar pertahun)

Sang Yahudi tidak akan penah menang. Kenapa?

Karena visinya terlalu dangkal. Ia hanya hidup untuk masa kini, masa ia ada di dunia. Sedangkan visi dari Usman Bin Affan adalah jauh kedepan. Ia berkorban untuk menolong manusia lain yang membutuhkan dan ia menatap sebuah visi besar yang bernama Shadaqatun Jariyah, sedekah berkelanjutan.
Sebuah shadaqah yang tidak pernah berhenti, bahkan pada saat manusia sudah mati.

Masya' Allahjariyah

Selasa, 07 Juni 2016

KEAJAIBAN TEPUNG TERIGU

Pada suatu hari saya memasak jagung dan menusukkan garpu ke jagung yang sedang direbus air mendidih itu, untuk melihat apakah sudah matang. Tetapi garpu itu meleset dan malah tangan saya yang masuk ke air mendidih itu .......

Teman saya, seorang veteran tentara Vietnam, masuk kedalam rumah ketika saya sedang menjerit kesakitan. Dia bertanya, apakah saya punya tepung terigu. Saya ambil sekantung terigu dan teman saya langsung memasukkan tangan saya yang kena air panas itu ke kantung terigu itu....
Dia minta saya membiarkan tangan itu terendam tepung terigu selama 10 menit. Dia bercerita bahwa di Vietnam ada orang yang terbakar. Orang2 lain panik dan tanpa sengaja melemparkan sekarung terigu ke tubuh orang itu untuk memadamkan api ditubuhnya.....

Ternyata bukan saja apinya padam, tapi tubuh orang itu sama sekali tidak melepuh kena api.
Maka saya pun merendam tangan saya selama 10 menit di kantung terigu itu.

Ketika saya tarik keluar tangan itu, kulitnya sama sekali tidak ada yang merah atau melepuh, dan TIDAK SAKIT.

Sekarang saya selalu menyediakan sekantung tepung terigu di lemari es dan tiap kali tangan saya terkena panas, saya masukkan ke kantung terigu itu.
Kulit saya tidak pernah satu kalipun menjadi merah, hitam ataupun melepuh.*) Tepung dingin lebih enak/nyaman rasanya daripada tepung hangat (suhu kamar).

Simpanlah selalu sekantung tepung terigu di lemari es. Suatu saat anda akan bersyukur bahwa ada terigu di sana. Ketika lidah saya terbakar minuman panas, saya bubuhi tepung terigu dan dibiarkan selama 10 menit. Ternyata sakitnya hilang dan tidak ada bekas terbakar.

Cobalah...!! Janganlah siram bagian tubuh yang terbakar dengan Air Dingin dulu. Tapi Langsung masukkan dan rendam di kantung tepung terigu selama 10 menit, dan saksikanlah/ rasakanlah suatu keajaiban.


JANGAN LUPA BERBAGI
Dr.Reahanul Bahrain.


@ SEMOGA BERMANFAAT.🚀
By. Rosidi/ Yysn azka gading Indonesia

Selasa, 31 Mei 2016

10 Nasehat untuk para pengguna sosmed...

✔ 10 Nasihat Penting Untuk Para Pengguna BB , WhatsApp dan yang sejenis dengannya.

Oleh: Abu Haitsam al-Bantani, Lc

✅ Nasihat Pertama :
Ikhlash.

Jadikanlah media ini sebagai sarana untuk meraih ridha Allah Ta'ala, bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia, ajang ujub, takabbur, maksiat, dan lain sebagainya.

✅ Nasihat Kedua :
Tabayyun.

Periksalah terlebih dahulu kebenaran informasi yang ingin Anda sampaikan, jangan tergesa-gesa, karena berhati-hati dalam menyampaikan informasi merupakan akhlak mulia seorang mukmin.

✅ Nasihat Ketiga :
Jangan Berdusta.

Ketika Anda hendak mengirim artikel, video, dll, dengan niat agar saudaramu terhibur dengannya itu hal yang sangat baik, namun tinggalkanlah jika hal tersebut harus dibangun di atas kedustaan.

✅ Nasihat Keempat :
Timbang Maslahat dan Mafsadahnya.

Jika yang ingin Anda sampaikan ada sisi baik dan ada sisi buruknya, sebaiknya tidak dulu disebarkan, karena mencegah sisi buruk lebih didahulukan dari mendapatkan sisi baiknya.

✅ Nasihat Kelima :
Gunakan Bahasa Yang Baik.

Wahai saudaraku, bahasa yang baik itu gratis, gak perlu beli, mengapa kita masih merasa berat menggunakannya ??!

✅ Nasihat Keenam :
Hindari Perkara Yang Tidak Ada Manfaatnya.

Ini merupakan tanda baiknya keislaman seseorang.

✅ Nasihat Ketujuh :
Aturlah Waktu Yang Baik.

Dalam Memberikan Nasihat
Ingatlah teladan kita adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau sangat memperhatikan masalah ini.

✅ Nasihat Kedelapan :
Jangan Lalai.

Jangan sampai media ini membuat Anda lalai dari dzikir kepada Allah, membaca Al-Qur'an, shalat berjama'ah, dan amalan ta'at lainnya.

✅ Nasihat Kesembilan : Luruskanlah Kekeliruan Saudaramu Dengan Cara Yang Bijak.

✅ Nasihat kesepuluh : Amalkanlah.

Marilah kita berupaya mengamalkan nasihat yang kita kirim kepada orang lain, karena pandai mengolah kata tanpa disertai amal menjadi salah satu sebab datangnya murka Allah Ta'ala.

Wallahu a'lam.