Sabtu, 25 Oktober 2008

FALSAFAH ORANG JAWA

KAUTAMANING LAKU

1. Wong eling ing ngelmu sarak dalil sinung kamurahaning Pangeran.

2. Wong amrih rahayuning sesaminira, sinung ayating Pangeran.

3. Angrawuhana ngelmu gaib, nanging aja tingal ngelmu sarak, iku     paraboting urip kang utama.

4. Aja kurang pamariksanira lan den agung pangapunira.

5. Agawe kabecikan marang sesaminira tumitah, agawea sukaning 
manahe sesamaning jalma.

6. Aja duwe rumangsa bener sarta becik, rumangsa ala sarta luput, den agung, panalangsanira ing Pangeran Kang Maha Mulya, lamun sira ngrasa bener lawan becik, ginantungan bebenduning Pangeran.
7. Angenakena sarira, angayem-ayema nalarira, aja anggrangsang 
samubarang kang sinedya, den prayitna barang karya.

8. Elinga marang Kang Murbeng Jagad, aja pegat rina lan wengi.

9. Atapaa geniara, tegese den teguh yen krungu ujar ala.

10. Atapaa banyuara, tegese ngeli, basa ngeli iku nurut saujaring liyan, datan nyulayani.

11. Tapa ngluwat, tegese mendhem atine aja ngatonake kabecikane dhewe.

12. Aprang Sabilillah, tegese prang sabil iku, sajroning jajanira priyangga ana prang Bratayudha, prang ati ala lan ati becik

Sabtu, 11 Oktober 2008

Berbuat Salah


Ini artikel yang di kutip dari www.experd.com tentang berbuat salah. akhir-akhir ini banyak sekali kesalahanku. entah saking banyaknya, bahkan berbuat salah pun jadi tak terasa lagi. harus banyak-banyak introspeksi.
“The ability to make mistakes allows human beings to function”
Mana ada sih orang yang senang berbuat salah? Tapi apa benar salah itu haram di pekerjaan? Kalau anda kebetulan mendapat atasan yang ’aneh’, bisa saja sebuah kesalahan operasional dibesar-besarkan, digali terus, di bahas-bahas lagi, sampai pada saat tertentu anda merasa tersudut dan tidak berdaya. Dalam situasi seperti ini bisa saja orang jadi takut sekali berbuat salah dan kesalahan yang ada akan ditutup-tutupi sehingga tidak tergarap lebih lanjut.
Ada tim kerja yang tidak mampu menyikapi kesalahan individu secara positif. Reaksi paling umum adalah berkomentar di-’belakang’,“Kenapa ya dia begitu?”. Pertanyaan ini cukup bisa memancing pembahasan panjang lebar yang tidak produktif. Di lain situasi, banyak juga anggota tim kerja yang berusaha ’memaklumi’ kesalahan yang diperbuat seseorang. Kebiasaan buruk individu itu lalu dilihat sebagai sesuatu yang tidak bisa dirubah dan mengatakan: ”Yaaah, maklumlah orangnya memang begitu”.
Sebaliknya, ada perusahaan yang begitu sibuk ’mencari’ kesalahan, melalui riset atau survey yang mahal harganya, baik lewat keluhan pelanggan, data statistik, observasi lapangan, laporan operasional atas kesalahan yang pernah dibuat, untuk membuat perbaikan, melakukan pengembangan produk atau servis. Ya, tanpa kesalahan perusahaan tidak akan berkembang. Lihat saja peran seorang ’coach’, ia tidak bisa mengembangkan anak didiknya, bila tidak ’mencari’ kesalahan.
Bila demikian bermanfaat, mengapa kesalahan itu tetap tabu dan tidak dibicarakan secara terbuka? Lagi-lagi, yang membuat kesalahan itu menakutkan adalah reaksi yang menyertainya. Diungkit-ungkit terus salah, didiamkan juga salah, tetapi kesalahan tetap harus dimanfaatkan dan digarap untuk perbaikan. Sikap yang pas terhadap kesalahan inilah yang perlu dikembangkan.
Hadapi, Tanggulangi, Antisipasi
“Confront the brutal facts”, demikian ungkapan Jim Collins dalam bukunya ‘Good to Great’. Sebenarnya bukan si pelaku saja yang sering takut pada kenyataan seputar kesalahan, atasan pun demikian. Pernahkan anda mencurigai anak anda berbuat salah? Bukankah ada rasa takut untuk menghadapi kenyataan? Bahkan ada sikap mundur maju untuk membongkar, membedah dan menanggulanginya. Apalagi kalau fakta-fakta mengenai kesalahan tersebut benar-benar ‘brutal’, dalam arti tidak sempat kita antisipasi.
Dalam hal ini, kebiasaan untuk membuka hati dan pikiran untuk menerima berita buruk perlu kita kembangkan. Dalam bisnis, bila tiap orang rajin berlatih dan kreatif, kita bisa saja menemukan dan memilih ribuan alternatif solusi. Keyakinan bahwa solusi selalu ada, membuat kita berani menghadapi kenyataan dan berani melakukan ‘problem solving’ dan ‘decision making’.
Sikap Manajemen Menentukan Efektifnya Perbaikan Kesalahan
Sikap manajemen membudayakan ‘risk management’, belajar dari kesalahan, serta siap menghadapi yang terburuk, akan membuat karyawan lebih bersemangat untuk melakukan perbaikan kualitas yang asalnya, lagi-lagi, dari mencari kesalahan. Manajemen yang tidak berorientasi solusi dan ‘menghukum’ kesalahan secara terbuka, bahkan sampai-sampai tidak ada kesempatan karyawan mengangkat ‘muka’-nya, akan sulit berkembang melalui perbaikan.
Manajemen pun perlu yakin bahwa setiap prosedur mempunyai ‘umur’ terbatas dan masa kadaluarsa, sehingga tidak bisa diterapkan pada semua situasi. Prosedur yang dipatuhi dan efektif, suatu saat bisa tiba-tiba salah dan tidak berjalan. Karenanya, perlu dibiasakan mengadakan workshop untuk meninjau kembali efektivitas prosedur yang ada, yang intinya, lagi-lagi, mencari kelemahan dan kesalahan.
Resep Perbaikan: Berorientasi Solusi
Informasi ‘Bottom Up’ (dari dasar organisasi ke puncak), baik yang positif maupun yang negatif, hanya akan lancar bila atasan menghujani bawahan dengan sikap yang solusif. Manusia tetap akan membuat kesalahan, apalagi di perusahaan yang dinamis. Budaya ’naming, shaming dan blaming’ hanya akan mematikan kreativitas kita.
Bagaimana bila atasan tidak solusif padahal kita ingin melakukan perbaikan? Presentasikan kesalahan berikut alternatif pilihan solusinya. Biarkan atasan untuk tinggal memilih yang mana paling efektif.
Satu syarat agar kesalahan itu tetap posisif adalah bahwa kesalahan itu tidak boleh berulang. Seorang CEO teman saya, senantiasa berujar: “Kesalahan pertama itu salah saya sebagai atasan, karena tidak mengajari kamu dengan baik. Kesalahan yang sama kedua kalinya itu salah kita berdua, karena proses belajar tidak berjalan mulus. Salah ketiga kali, itu salah kamu karena tidak belajar belajar. Salah keempat kali, silakan menyingkir saja, show must go on”.

Jumat, 10 Oktober 2008

Tutorial Membuat Robot Cerdas

Tahap-tahap pembuatan robot

Secara garis besar, tahapan pembuatan robot dapat dilihat pada gambar berikut:


Ada tiga tahapan pembuatan robot, yaitu:

1. Tahap perencanan

Dalam tahap ini, kita merencanakan apa yang akan kita buat, sederhananya, kita mau membuat robot yang seperti apa? berguna untuk apa? Hal yang perlu ditentukan dalam tahap ini:

2. Tahap pembuatan

Ada tiga perkerjaan yang harus dilakukan dalam tahap ini, yaitu pembuatan mekanik, elektronik, dan programming. Masing-masing membutuhkan orang dengan spesialisasi yang berbeda-beda, yaitu:

Jadi dalam sebuah tim robot, harus ada personil-personil yang memiliki kemampuan tertentu yang saling mengisi. Hal ini diperlukan dalam membentuk Tim Kontes Robot Indonesia (KRI) atau Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Bidang ilmu yang saya sebutkan tadi, tidak harus diisi mahasiswa/alumni jurusan atau program studi tersebut, misalnya boleh saja mahasiswa jurusan teknik mesin belajar pemrograman.

Untuk mengikuti lomba KRI/KRCI dibutuhkan sebuah tim yang solid. Tetapi buat Anda yang tertarik membuat robot karena hobby atau ingin belajar, semua bisa dilakukan sendiri, karena Anda tidak terikat dengan waktu atau deadline. Jadi Anda bisa melakukannya dengan lebih santai.

Pembuatan mekanik

Setelah gambaran garis besar bentuk robot dirancang, maka rangka dapat mulai dibuat. Umumnya rangka robot KRI terbuat dari alumunium kotak atau alumunium siku. Satu ruas rangka terhubung satu sama lain dengan keling alumunium. Keling adalah semacam paku alumunium yang berguna untuk menempelkan lembaran logam dengan erat. Rangka robot KRCI lebih variatif, bisa terbuat dari plastik atau besi panjang seperti jeruji.

Pembuatan sistem elektronika

Bagian sistem elektronika dirancang sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Misalnya untuk menggerakkan motor DC diperlukan h-brigde, sedangkan untuk menggerakkan relay diperlukan saklar transistor. Sensor-sensor yang akan digunakan dipelajari dan dipahami cara kerjanya, misalnya:

Berikut ini gambar sensor ultrasonik, inframerah, UVTron, dan kompas:


Pembuatan sistem elektronika ini meliputi tiga tahap:


Pembuatan Software/Program

Pembuatan software dilakukan setelah alat siap untuk diuji. Software ini ditanamkan (didownload) pada mikrokontroler sehingga robot dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.


Tahap pembuatan program ini meliputi:

3. Uji coba

Setelah kita mendownload program ke mikrokontroler (otak robot) berarti kita siap melakukan tahapan terakhir dalam membuat robot, yaitu uji coba. Untuk KRCI, ujicoba dilakukan pada arena seluas sekitar 4×4 meter dan berbentuk seperti puzzle. Dalam arena KRCI ini diletakkan lilin-lilin yang harus dipadamkan oleh robot cerdas pemadam api. Contoh gambar robot pemadam api Ted Larsorn dan arena Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI).


Untuk lomba robot KRI, dibutuhkan ruangan yang lebih besar, yaitu sekitar 15×15 meter. Dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) 2008, masing-masing robot harus meraih target (bola/kubus) yang diletakkan di tempat yang tinggi, jadi sebuah robot harus bisa naik di atas robot yang lain untuk meraih target tersebut (seperti panjat pinang).


Final Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) akan diadakan 14-15 Juni 2008 di Balairung UI Depok, tertarik mau menonton?

Penulis: Oka Mahendra (http://tutorialgratis.wordpress.com)